×

Optimisme Masih Ada untuk Sektor Properti

Serangan bom di Bali baru-baru ini mungkin telah menyebarkan pesimisme terhadap prospek perekonomian nasional, namun di sektor properti, kekhawatiran negatif tersebut tidak terbukti dengan permintaan publik yang sangat besar untuk 1.724 unit

aset yang ditawarkan oleh Rekonstruksi Bank Indonesia. Agency (BPPN) yang meluncurkan program Penjualan Aset Properti.

Respons yang luar biasa terlihat dari banyaknya masyarakat yang menyetor uang muka senilai Rp10 juta ~ Rp100 juta di seluruh kantor BPPN di 6 kota. Pada hari penutupan yang jatuh pada hari Rabu, 23 Oktober 2002, jumlah pendaftar telah mencapai angka yang mencengangkan, yaitu 4.994 – jauh melampaui perkiraan 3.500 hingga 3.800 oleh Bapak Panangian, konsultan properti BPPN.

“Hal ini mencerminkan bahwa bisnis properti tidak terpengaruh sama sekali oleh peristiwa bom di Bali,” kata Panangian.

Menurutnya, pertumbuhan sektor properti akan menjadi daya tarik yang besar bagi seluruh sektor perekonomian lainnya. “Selama ini yang paling terpukul adalah sektor pariwisata, tapi saya yakin itu hanya sementara. Jika hotel-hotel di Bali yang paling terpukul dapat mengatasi efek negatifnya melalui diskon yang lebih tinggi, saya yakin Bali akan pulih dalam waktu singkat.”

Semangat sektor perkantoran terlihat jelas sebelum tragedi Bali. Menurut penelitian yang dilakukan oleh PT Procon Indah pada kuartal ketiga tahun 2002, sebuah gedung di Central Business District (CBD) berpindah tangan ke investor lokal meskipun minat investor terhadap gedung perkantoran tersebut kurang baik. Negosiasi lain yang sedang berlangsung juga gencar untuk gedung perkantoran di dalam dan di luar kawasan CBD. Pada triwulan ketiga tahun 2002 saja, nilai modal telah meningkat sebesar 1,3% menjadi Rp 8,2 juta per meter persegi!

Dampak tragedi Bali terhadap sektor perkantoran? Bersemangat sebelum tragedi Bali, dan sektor yang terbukti memiliki pemulihan paling lambat dalam krisis apa pun?

Menurut laporan lain dari PT Procon Indah, tragedi Bali secara tidak langsung berdampak pada sektor perkantoran karena penyewa terikat pada masa sewa yang mungkin telah disepakati dalam kontrak sebelum tragedi tersebut. Namun di sisi yang lebih cerah, t

dengan rencana ekspansi atau relokasi kantor; dengan jumlah pasokan baru yang terbatas, tingkat hunian di gedung-gedung diperkirakan akan meningkat dalam skala kecil.

Dari kesimpulan tersebut, dapat dikatakan bahwa dampak serangan bom Bali baru-baru ini sampai saat ini masih sedikit terasa. Dina Salem, Manajer Senior CEO SUITE – penyedia Serviced Office terkemuka di CBD Jakarta setuju. Menurut dia, tingkat okupansi untuk 80 office suite-nya tetap stabil di angka 85%. Perusahaan menyewakan kantor, 90% di antaranya disewakan kepada investor asing dengan nilai sewa berkisar antara USD800 hingga USD3.500 per bulan.

“Belum ada satu pun klien asing di CEO SUITE yang mengakhiri perjanjian sewa mereka. Faktanya, pada bulan Oktober saja, kami menambahkan 3 perusahaan internasional lagi ke dalam daftar klien kami.” kata Dina.

Investor yang ingin menarik diri dari Indonesia setelah tragedi bom telah ditawari untuk menyewa kantor CEO SUITE di Kuala Lumpur dan Singapura. “Kami menawarkan mereka alternatif relokasi di center kami yang lain di Kuala Lumpur dan Singapura, sedangkan di Jakarta mereka akan diberikan layanan kantor virtual kami. Dengan cara ini, jika ada rekan bisnis mereka yang menghubungi Jakarta di CEO SUITE Jakarta, kami akan bertindak atas nama mereka dan mengalihkan semua panggilan masuk dan surat ke mana pun mereka mau.” kata Dina.

Cukup banyak investor asing yang kini memulai bisnisnya di Indonesia melalui Virtual Office di CEO SUITE. “Sekarang sudah ada lebih dari 100 pengusaha lokal dan asing”, tambah Dina.

Bagaimana masa depan bisnis properti di Indonesia? Seseorang mungkin tertarik.

Menurut Ketua Pusat Perusahaan Real Estate Indonesia, Yan Mogi, “Nah, kalau teror tidak berlanjut, proses penyembuhan di sektor properti bisa jalan terus”.

Menurut Yan Mogi, bisnis properti masih memiliki peluang untuk pulih pada tahun 2002 dan 2003.

Seperti Yan Mogi, Panagian juga agak optimis dengan masa depan bisnis ini. Secara umum diperkirakan tahun 2007 akan menjadi titik puncak ledakan besar bisnis properti di Indonesia.

26 April 2013

Apr 26, 2013

Dapatkan selalu informasi dan promosi terkini

Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Telepon Chat
image

ENQUIRE NOW

Warning: This form can only be used if JavaScript is enabled in your browser.